Hidup dalam keharusan menjadi dewasa, lantas membuat aku acap kali mencari sosok.
Siapa yang bisa aku dengarkan, siapa yang bisa aku sandingkan, siapa pula yang bisa mendengar tanpa menghakimi.
Pada masa itu aku bermimpi untuk ada dan terus ada untukmu,
Pada masa itu aku bermimpi untuk membuatmu selalu bangga padaku
Pada masa itu aku bermimpi bahwa engkau yang akan berada terus disampingku.
Menjadi dewasa karena keharusan, membuatku acap kali mencari tau apa yang aku butuhkan, mencari tau perasaan demi perasaan yang menimpa.
Ini apa?
Jadi ini yang namanya cinta?
Teruntukmu yang lebih lama dari dekade, aku bukan tidak bisa hidup tanpamu, aku bisa hidup tanpamu, namun aku tak mau. Sebab engkau yang aku cinta.
Jika tidak denganmu mungkin aku mati suri, setengah hidup dan umurku ada bersama dirimu.
Jika tidak denganmu mungkin aku bisa sakit hati bertubu tubi, sebab hanya dirimu yang paling ku nanti.
Nemun, sebab cintaku yang begitu agung padamu, kau rela menjualku dietalase koleksimu, sebagai perempuan yang pernah hidup saja, cinta itu nomor dua, nomor satu itu gaya, begitukah sayang?
Se memalukan itu aku, hingga kau membuat aku tidak mengenali wajahku sendiri, hingga aku beperang dalam perasaanku sendiri.
Aku yang tidak berharga ini, benarkah begitu sayang? Nanti kau akan menyadari hanya air mata atau darah yang pernah ku persembahkan agar bisa bersamamu.
Nantu kau akan menyadari betapa tulus cintaku padamu dikemudian hari.
Kata siapa cinta tidak menuntut apapa?
Kalau benar iya, apa benar cinta itu tidak akan melihat kehadiran yang ia cintai?
Aku menyerah dan tidak akan ku cari dirimu
Aku menyerah dan tidak akan kubebani dirimu
Aku menyerah dan aku akan pergi darimu.